Kamis, 19 Januari 2012

Doa Pembersih Jiwa dari Virus Ananiyah (Keakuan)


Doa Pembersih Jiwa dari Virus Ananiyah (Keakuan)
(Al Habib Syeikh Sayyid Abdul Madjid Ma'roef RA guru dari Sang Prof)
Muallif Sholawat Wahidiyah Ra
Ketika hamba-hamba Allah mencari kebenaran di dunia yang semakin sempit dan semakin gelap ini,
Ketika ayat-ayat sudah ditutup sendiri oleh umat islam,
Ketika ayat-ayat Allah sendiri tidak mampu merubah hatinya umat islam,
Ketika ayat-ayat itu sudah diperalat oleh nafsu umat islam itu sendiri,
Saat itu hamba-hamba Allah mencari celah-celah yang masih terbuka jalan menuju kepada Tuhannya, dimana saat kedurjanaan umat memotong perjalanan wahyu-wahyu Ilahi melalui akal bukan melalui hati yang jernih, sehingga ayat-ayat Tuhan yang semestinya sebagai petunjuk bagi manusia (huda linnas) untuk mengahantarkan kepada Tuhannya menemukan kasih sayang dan perdamaian, akan tetapi sekarang dibuat akal-akalan, dijadikan sebagai bahan adu domba dan fitnah, bahkan dijadikan alat untuk menghancurkan sesama umat khususnya sesama umat islam itu sendiri.
Maka apabila celah-celah itu sudah tertutup, saat itulah Allah sendiri yang membuka celah memaksa manusia untuk tunduk kepadaNya dan Allah akan menampakkan jatidiriNya (baca:Dahsyatnya Kekuatan Inti, Merubah Dunia Menjadi Surga).
“Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya, dan manusia bertanya: "Mengapa bumi (menjadi begini)?", pada hari itu bumi menceritakan beritanya, karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya. Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka, Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. (Q.S Al Zalzalah [99]:1-8)
Lalu siapakah sejatinya pengikut Muallif Ra itu?
Seorang pengikut sejati, tidak jauh dengan apa yang ia ikuti,
Begitupula pengikut Beliau Muallif Ra, tidak akan jauh dari sifat-sifat Beliau,
Mempunyai sifat kasih sayang, sabar, bijaksana, dan selalu rendah diri atau tawadhu’,
Adakah pengikut sejati Beliau di zaman ini?
Ingat!, memegang perkara hak dan mengikuti jejak Beliau di zaman ini seperti memegang bara api.
Jika Beliau mendapat kontrasan, hujatan, cacian, fitnaan, serta ancaman, maka pengikut Beliau pasti akan mendapatkannya juga.
Pengikut Muallif Ra yang sejati selalu memikirkan umat, prihatin, merasa rendah, merasa nol tidak ada perasaan apa-apa, dan senantiasa mengikuti jejak Beliau lahir dan batin, sehingga setiap langkah dan nafasnya tidak pernah lepas dari dzikir dan sholawat.
Maka siapa a’wan sejati itu?
Seorang a’wan sejati dia tidak pernah merasa menjadi a’wan,
Seorang pengikut sejati Muallif Ra, Ia hanya bisa mengatakan, tidak pantas untuk mengikuti Beliau, karena ia selalu merasa menyakiti dan menghianati perjuangan Beliau,
Sehingga dia merasa semakin rendah, tenggelam, dan merasa bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa, bahkan air mata kerendahan sering menetes dan tumpah, karena ikatan rohani dengan Beliau muallif Ra,
Sayapun teringat dawuh Beliau,
“Jangankan jadi guru, jadi muridpun saya tidak sanggup”
Subhanallah betapa mulianya akhlak Beliau,
Benarkah kita adalah pengikut Beliau?
Astaghfirullah…!!! Ternyata aku sang penipu Muallif Ra.
Salahkah jika Muallif Ra kuanggap sebagai guru dan pembimbing rohaniku???
Sebenarnya di zaman sugengnya Muallif Ra perasaan nol ini sudah ditanamkan di hati para “Pengamal Wahidiyah” sehingga di zaman itu pengamal satu dengan yang lain tidak ada saling hasut menghasut, tidak ada saling fitnah menfitnah, semua saling bergotong-royong, menghargai satu dengan yang lain, dan saling merasa rendah diri, ucapan para pengamal di saat itupun saling membawa hikmah, sebab disaat itu semua saling merasa nol (bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa).
Namun disaat Muallif Ra di panggil menghadap Ilaahi Robbi, kini perasaan itu pudar bagai debu yang tiada arti, hanya sebagai penghias bagi akal saja, sehingga satu pengamal dengan pengamal yang lain saling berebut merasa benar sendiri, bertopeng sebagai pengikut sejati di belakang Muallif Ra tapi secara tak sadar merobek-robek baju kemuliaan Beliau.
Sungguh terlalu jiwa ini, tidak menyadari bahwa sebenarnya diri ini terlempar jauh dari Muallif Ra.
Masih adakah “Pengamal Wahidiyah” sebagai pewaris sifat, sikap serta akhlaqul karimah Beliau untuk mengembalikan sesuatu yang sudah pudar untuk membawa diri ini menuju kemurnian jiwa hamba seperti yang dulu ditanam oleh Mbah Yahi Ra?
Duhai Mbah Yahi Ra..
Aku berebut menjadi pengikut sejatimu tapi kenyataannya kurobek-robek baju kemuliaan Paduka…
Maafkan kami dan semua “Pengamal Sholawat Wahidiyah”….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar