Baglog merupakan media tanam yang dipersiapkan untuk kebutuhan pertumbuhan jamur tiram.
Di dalamnya telah tersedia berbagai nutrisi tambahan yang tidak
tersedia di lingkungan aslinya tempat jamur tumbuh liar. Terang saja
karena baglog dirancang untuk memproduksi jamur tiram dengan kualitas
yang baik dan diharapkan dapat tumbuh secara berlanjut.
Selain bahan-bahan tambahan, baglog juga memiliki kelembapan yang
berasal dari air. Air ini salah satu syarat pertumbuhan jamur tiram.
Seperti pepatah bagai jamur di musim penghujan, jamur memang tumbuh
subur pada kondisi udara yang lembab lagi sejuk. Dengan tidak
tercukupinya air bagi pertumbuhan, jamur tiram yang dihasilkan pun
akan jauh dari kualitas.
Pengkabutan kumbung dilakukan untuk menghasilkan keadaan seperti
kondisi optimum pertumbuhan jamur tiram. Namun sering kali pengkabutan
memiliki banyak kekurangan. Pengkabutan dengan nozel yang terlalu besar
akan berdampak pada akumulasi bintik air pada jamur tiram. Bila hal
ini terjadi air akan lebih lama hilang dari jamur tiram dan
mengakibatkan bercak kuning. Keadaan ini tentu tidak menarik saat
dikemas.
Pengkabutan yang terlalu sering juga mengakibatkan lingkungan
kumbung terlalu basah. Keadaa ini bisa memacu pertumbuhan mikroorganisme
lain seperti ganggang dan bakteri pada media baglog. Hasil jamur
tiram yang didapat pun terlalu basah sehingga mudah rusak atau tidak
tahan lama saat disimpan.
Masalah yang lain lagi yaitu terkadang petani sulit menentukan
waktu siram. Patokannya bukan pagi dan sore tapi apabila kelembapan
kumbung telah berkurang. Bagi kumbung yang memiliki pengukur
kelembapan saya rasa hal ini tidak menjadi persoalan.
Ada tips sederhana untuk mengatasi atau paling tidak dapat
mengurangi masalah tersebut di atas. Efek lainnya yaitu dapat
meningkatkan pertumbuhan dan bobot panen jamur tiram tanpa
menjadikannya lebih lemah disimpan. Dengan cara ini hasil panen jamur
tiram akan meningkat pada awal-awal panen karena kondisi baglog tidak
banyak berubah.
Caranya cukup anda lubangi saja plastik pada bagian atas baglog
tanpa membuka kapas penutup. Buat 2-3 lubang dan biarkan jamur tumbuh
dari sana. Pada panen berikutnya buat kembali lubang di tempat berbeda
dengan jumlah lubang lebih banyak. Cara ini memiliki maksud untuk
mengurangi penguapan yang terjadi pada baglog
sehingga air yang tersedia dimanfaatkan secara maksimal bagi
pertumbuhan jamur tiram. Bila sudah demikian, otomatis bobot panen
akan meningkat.
Mari kita lihat kebiasaan petani selama ini, ada yang membuka
kapas, setelah panen dikorek-korek, atau membuka langsung memotong
plastik bagian atas agar primordia
yang keluar lebih banyak karena bidang tumbuh lebih luas. Tapi
kelemahannya media mengalami penguapan yang tinggi dan cepat kering.
Tentu anda dapat membandingkan penguapan yang terjadi antara baglog
dengan diberi lubang kecil dengan baglog yang dibuka kapas penutupnya,
terlebih-lebih yang dipotong plastik bagian atasnya…
Bila anda beranggapan pengkabutan akan membuat media kembali basah,
saya menyangkal anggapan ini. Sebab baglog dengan misellium yang tebal
tidak mudah menyerap air. Walau anda siram sekalipun air akan sedikit
sekali yang terserap dan tidak akan mengembalikan kondisi seperti
sedia kala. Anda dapat amati baglog yang plastiknya semakin hari
semakin keriput, seharusnya hal itu tidak terjadi bila anggapan itu
benar.
Nah, pada panen ketiga atau keempat dan seterusnya anda dapat
membuat lubang yang lebih besar karena panen “monster” telah terjadi
pada awal pertumbuhan. Lakukan perawatan seperti biasa… keberhasilan
panen monster tidak terlepas pula dari kualitas bibit yang digunakan.
Bibit kami telah banyak digunakan secara luas di daerah Bogor,
Bandung, dan Lampung. Petani yang mencoba-coba menggunakan bibit lain
pada akhirnya kembali lagi menggunakan bibit kami.
Sifat bibit jamur tiram yang kami produksi:
Ukuran besar, rumpun banyak, berwarna putih bersih dan tidak mudah pecah pingir tudungnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar